Part 3: Yusuf dan Tas Barunya
Author: pujiarya
Begitu dia disapa. Perawakannya tinggi besar untuk anak seusianya. Namun, dalam belajar dia ketinggalan jauh dari teman-temannya.
Aku tak akan bercerita lebih jauh tentang hal itu. Aku hanya ingin bercerita mengenai kejadian dua hari itu.
Hari itu pertama masuk sekolah setelah libur Lebaran. Tidak ada yang berubah, keceriaan menghiasi mereka termasuk Yusuf. Namun, keceriaan itu memaksaku untuk mendekatinya.
“Ada apa, Yusuf” Dia menjawab tidak ada apa-apa sembari sibuk membenahi tas yang dia letakkan di tempat duduknya. “Ayo, perhatikan, Bu Guru!” Sembari aku lemparkan pandangan ke benda yang membuatnya tidak memperhatikan aku. Tas hitam. “Oh, tas baru,” batinku.
Benar memang, sepengetahuanku tas Yusuf sebelumnya bisa dibilang sudah tidak layak pakai. Tas punggungnya jauh dari kata baru. Untuk menahan buku-bukunya supaya tidak terjatuh, resleting yang sudah tidak berfungsi dipasangi beberapa peniti. Tidak heran, kalau dia bahagia sekali memiliki tas baru itu.
Setelah hari itu, sekali lagi Yusuf menarik perhatianku untuk mendekatinya. Sementara teman-temannya mengerjakan tugas yang aku berikan, dia sibuk memasukkan kepalanya ke dalam tas barunya. Aku tidak bohong, itu yang dia lakukan. Ingin aku marah, tapi melihat peristiwa itu tentu saja membuatku ingin tertawa.
Aku pun mendekatinya dan bertanya, “Yusuf, apa yang kamu lakukan, masa sih, kepalamu kamu masukkan ke dalam tas?” “Enak kok, Bu!” Ayo, hentikan, nanti kamu susah bernapas.” Yusuf pun menyambulkan kepalanya dari dalam tasnya. Dia tepuk-tepuk tasnya dengan bangga. Dari raut wajahnya dia ingin menyampaikan pada semua orang kebahagiaannya memunyai tas baru.
“Tasmu baru, ya?” Sepertinya itu pertanyaan yang sangat dia tunggu-tunggu. “Iya, Bu!” Dia menjawab dengan mantap, tidak lupa juga dia menceritakan bagaimana dia bisa dibelikan tas baru itu oleh emaknya.
Apa yang dilakukan Yusuf memang hanya kebahagiaan seorang anak kecil. Kebahagiaannya memeroleh tas baru, dan dia tidak menyimpan kebahagiaannya sendiri. Yusuf ingin teman-temannya tahu, bahkan dia juga ingin ibu gurunya tahu. Dia ingin semua orang merasakan kebagiaan yang dia rasakan. Dan yang dia lakukan berhasil, aku ikut bahagia melihat kebahagiaannya.